Kotak Bercerita
buka tutupnya, dan dengar dia punya cerita

Jun
27

Nikmatilah saat dunia kita sedang bersama, tapi jangan kau ganggu saat dunia kita sedang terpisah.

Saya jadi ingat sebuah karya sastra dari dewi lestari berjudul, “ Spasi “……….

Seindah apapun huruf terukir, dapatkah ia bermakna jika tak ada jeda? Dapatkah ia dimengerti jika tak ada spasi? Bukan kah kita baru bisa bergerak jika ada jarak? Dan saling menyayang bila ada ruang? Kasih sayang akan membawa dua orang semakin berdekatan, tapi ia tak ingin mencekik, jadi ulurlah tali itu.

Napas akan melega dengan sepasang paru-paru yang tak dibagi. Darah akan mengalir deras dengan jantung yang tak dipakai dua kali. Jiwa tidaklah dibagi, tapi bersua dengan jiwa lain yang searah. Jadi jangan lumpuhkan aku dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Mari berkelana dengan rapat tapi tak dibebat. Janganlah saling membendung jika tak ingin tersandung.

Pegang tanganku, tapi jangan terlalu erat, karena aku ingin seiring, bukan digiring.

Dalam malam penuh keraguan.

Dini hari tanggal 26 bulan Juni tahun 2010

Ageng Budi Daya

Mar
01

Coba kalian lihat laki-laki di persimpangan itu, dia berdiri tepat di bahu jalan, diantara arah yang berlawanan, diantara tanda menuju kiri atau kanan. Dia masih berdiri di situ, dilihatnya rupa-rupa kerikil tajam di sepanjang perjalanan, sambil sesekali ia menerawang, seakan mulai menimbang-nimbang sebuah keputusan. Coba kalian lihat dia mulai berjalan, berjalan menuju suatu arah yang tak di sebutkan.

Kini, teringat oleh ku akan sebuah obrolan dengannya suatu malam kala itu, obrolan yang berlangsung sebelum kami kini ada dalam situasi ini,

“ wahai kawan, tidak kah kau rasa aku sedikit tak seperti biasanya??” katanya kala itu.

“ ya, apa yang sesungguhnya terjadi padamu, ceritakan lah…” aku mencari tahu.

“………………….”

“ayo lah ceritakan padaku, jangan hanya diam. Apa yang terjadi padamu???”

“ apa benar aku harus bercerita ???”

“tentu saja, aku temanmu kawan, sahabatmu, ceritakan lah semuanya..”

“ sesungguhnya kau salah, tidak ada kata semuanya, seperti yang kau maksud itu”

“jadi..??”

“aku kecewa pada diriku, itu saja..”

“apa maksudmu??”

“Pernah kah kau berharap terlalu banyak pada sesuatu??”

“tentu saja, apa ada masalah dengan hal itu”

“ya tentu saja ada,….suatu hari, aku menaruh begitu banyak harapan pada sesuatu, hingga aku meyakini sesuatu itu sebagai masa depan kehidupan ku kelak, hingga realita menghapus semua harapan itu menjadi abu”

“……………….”

“ seandainya aku tak seperti itu dulu, tak pernah menaruh harapan begitu tinggi pada sesuatu itu, tidak memandangnya sebagai ratu, tidak meletakkannya terlalu jauh, seandainya…………dan seandainya kawan………….pasti aku tak kecewa pada diriku”

“apa maksudmu, aku sama sekali tak mengerti, jangan lah kau pakai bahasa yang sulit ku mengerti itu…”

“sesungguhnya kau pasti mengerti kawan, karena kau sebenarnya adalah diriku!! Itu lah kenapa aku mau bercerita padamu, aku berharap aku mendapat jawaban dari mu, karena jawaban itu ada di dalam diriku, di dalam dirimu, karena sekali lagi, kau adalah aku!!!”

“?????????????”

Jan
30

Ini hari saya rasa indah, indah karena saya membuat dia senang hari ini, indah karena dia punya senyum itu selalu untuk saya hari ini. Indah karena hari ini saya habiskan waktu dengannya berdua, dengan indah.  Dan mari saya kasih tau anda sebuah cerita rahasia…..

Langit hitam saya tahu itu tanda malam, tapi saya rasa ini bukan lagi malam, karena saya juga tahu, belum lama saya itu mengucap salam pada akhir atahiyat pada rakaat ke 2 ibadah saya, dengan guna sujud pada Yang maha satu, Yang maha tinggi, Yang maha baik. Belum itu pukul setengah enam pada jam dinding ruang tengah rumah, saya coba buka pintu untuk memastikan gelap itu bukan tanda ingin turun hujan, tapi tanda kalau fajar belum ingin tampil di ufuk sana, dengan guna memberi kesempatan pada makhluk tuhan berakal di sana untuk sujud menyembah Tuhan. Lama waktu berjalan, saya sambil tak berusaha merasakan karena tv sedang bagus, dan benar, Jarum jam saya rasa tak sama dengan terakhir saya tengok dia bergeletak diatas tembok, kini telah membentuk garis lurus tanda sudah jatuh pukul enam, mulai sudah saya rasa gelap tampak seperti ingin turun hujan, membuat saya takut, takut gagal berkunjung ketempat makhluk Tuhan yang lain lagi, yang diciptakan untuk menyempurnakan jumlah kata tiga dari selain manusia serta tumbuhan. Saya tak ambil pusing, saya yakin ini hari tetap jadi, tetap akan jadi indah.

Di awali dengan ibu nasi uduk yang salah dengar ingin saya untuk minta orek kering, tapi sendok itu sudah tumpah pada nasi dengan isi orek basah, tak masalah karena saya ingin makan, dan saya pun makan dengan awal baca-baca sesuai anjuran agama. Saya persingkat waktu seakan-akan saya kini sedang menekan tombol flash forward pada remote kehidupan saya, berharap agar kini saya sudah hadir pada depan muka rumah pacar saya, kekasih saya, gadis saya, atau apalah namanya dia di hati saya. Tak banyak cerita di dalam rumahnya untuk layak dipublikasikan, tapi sesungguhnya hanya layak untuk kami rahasiakan, hehehe,..

Hujan benar turun, membuat saya, atau kini sudah berubah kata ganti menjadi kami, untuk menunda keberangkatan, tak perlu dirasa kecewa, tak perlu berpanik diri, serta tak perlu di dramatisasi, karena kami menikmati penundaan ini. Jalan kami mundur dari rencana, membuat kami kini sudah merasakan sengatan sinar matahari, membuat kami gerah dalam angkot, membuat kami bersyukur dapat kenyamanan AC dalam busway. Duduk kami dekat pintu sebelah kiri, membuat kini kami langsung mendapati diri sudah dalam kerumunan orang ingin berekreasi, berinteraksi dengan para binatang dalam kandang bernama resmi, Taman Marga Satwa Ragunan.

Boleh kini saya kembali mengganti kata kami menjadi saya, karena saya kini ingin bercerita dari pandangan orang pertama. Indah Yulia Susilowati, begitu namanya di lengkapi, saya rasa dia senang sekali hari ini, saya dapati itu dari caranya tersenyum sepanjang hari. Dan mari bocorkan sebuah rahasia, karena ini baginya untuk pertama kali hadir ditempat ini. Tapi tak saya pungkiri bahwa saya juga tak ubahnya seperti wanita ini, bahagia tak terperi, karena bisa berekreasi dengan orang yang sedang kami cintai,…..sepanjang hari ini…… ^_^

Dalam hujan

Malam minggu.

Jan
20

Mari baca saya punya cerita, cerita saya ketika mendapati diri ini bernama Ageng Budi Daya.

Sungguh saya tak ingin memulai cerita dari saya itu ada didalam kandungan ibu, sebenarnya saya ingin bercerita dari situ, tapi sayang saya tak mampu, atau memang tak tahu sesuatu apa ketika saya ada di dalam rahim ibu, tak perlulah anda tahu, karena akan membuat saya repot karena harus bertanya dulu pada ibu. Tapi suatu waktu saya pernah tahu, karena bertanya, bertanya ketika saya mulai di lahirkan, yang kata ibu, di bidan bernama Ibu Mangku, yang kata ibu juga membantu kelahiran saudara-saudara kandungku, sungguh saya tak tahu, termasuk ketika saya waktu itu mendapati luka jahitan di mata kaki, karena botol-botol itu pecah mengenai kaki, menyebabkan saya berdarah banyak sekali, padahal belum bisa saya waktu itu berdiri.

Jangan heran bila anak kecil bersikap badung, tapi sungguh saya memenuhi syarat waktu itu untuk sekedar di sebut badung. Dalam siang saya melempar jendela kaca dengan batu, pergi jauh-jauh hingga lupa waktu, lupa jika itu jadi larangan ibu. Dalam siang kipas angin itu saya senggol lalu pecah, jatuh dari atas lemari kamar jadi berserakan, membuat saya pun bersiap kabur dari rumah dengan berbekal botol air minum menggantung leher, tapi dasar anak kecil, lapar pun sore saya pulang.

Saya itu punya teman karib, teman yang pastinya saya yakin tak sengaja mencolok mata saya dengan ujung bambu layang-layang, menyebabkan ibu menangis, menyebabkan saya merasa tak bisa melihat, menyebabkan bapak teman itu mengantar saya kerumah sakit, menyebabkan saya ditetesi sesuatu agar takut-takut saya menjadi benar-benar tak bisa melihat, menyebabkan ibu baca-baca sedikit agar saya segera sembuh.

Seperti tadi saya bercerita di atas, kalau saya mempunyai saudara kandung. Di sana saya menjadi tumbuh dengan patokan seorang kakak, apa itu namanya, seorang adik yang selalu menjadi buntut dari segala kegiatan kakaknya. Tak pernah saya mau untuk ditinggal kemanapun ia pergi, tak rela saya dia jauh-jauh tanpa menyertakan saya dalam setiap main-mainnya, menyebabkan ia kesal barang kali, menyebabkan itu berlanjut sampai kami tinggal di Bekasi.

Jarak usia tiga tahun milik kami, membuat saya yang lahiran delapan sembilan mengikuti yang lahir tahun delapan enam ini. Lebih-lebih saya mulai berlebihan, membuat saya sering-sering bersikap iri. Main jauh saya ikut, main dekat saya turut, bolos ngaji dia mulai, kemana saja dia saya turut pergi. Lama waktu berjalan, membuat kami itu tambah punya usia. Dari baju, selera, serta minat sepak bola kita sama. Pernah itu suatu kali saya ingin belajar gitar, membuat saya harus menggambar garis vertikal di dalam kertas, agar rupanya tampak seperti bar pada gitar, membuat mudah untuk ditandai pensil atau bulpen untuk menjadi sebuah kunci gitar pada garis horizontal yang di anggap senar gitar, membuat saya seperti rupanya seorang komposer handal. Mudah rupanya jika kita ini punya kakak, membuat segalanya gampang untuk di lalui, seperti halnya belajar gitar, yang dia pun mengenalkan kunci gitar, membuat saya bisa, bisa bernyanyi walau mempunyai jeda waktu dalam berbunyi.

Oh, maafkan teman saya lupa bercerita, jika saya juga punya adik perempuan, membuat perbedaan jarak juga tiga tahun dengan saya, menyebabkan orang tua saya berbahagia karena mempunyai keluarga yang lengkap, membuat keluarga saya berjumlah lima, membuat berisi anak perempuan dan laki-laki, menyebakan saya di panggil mas ageng, membuat saya kini terlihat ganteng.

Saya begitu terlihat mengikuti, hingga saya jadi sadar diri, sadar kalau tak boleh selamanya begini. Dia semakin besar, saya tumbuh beranjak besar, saya punya sikap serta sifat jadi berbeda, dia juga mungkin sama. Tapi ada yang tak dapat saya rasa itu dirubah, jika dia adalah kakak, seorang panutan bagi adik-adiknya.

Mari kita sama-sama tinggalkan cerita tentang keluarga saya, mari sama-sama kita beranjak pada cerita hanya tentang saya.

Ijinkan saya meminta maaf pada pembaca, di karenakan ruang dan waktu, alur dalam cerita ini membingungkan, mari anggap saja ini seperti dalam film, yang ada itu istilahnya flash back serta flash forward, seperti dalam film Balibo yang penuh kontroversi.

Saya itu sudah jauh punya sekolah waktu SMP, harus dua kali naik angkot untuk sampai sana, membuat saya sering malas pergi kesana, membuat saya belajar beralasan agar tak sering-sering hadir disana. Sampainya saya dalam sekolah negeri bernomer ganjil berangka sial, seolah olah bersekolah di sana bernasib sial. Masuk tanpa kenalan satu pun, menjadikan saya seakan asing dalam lingkungan yang juga asing. Di sana saya nyaris tak punya kenangan berarti, atau mungkin jika disukai di sana di sebut berarti, atau jika di nanti kehadirannya di sebut juga berarti, atau punya kisah bagus di sebut berarti, tapi bagi saya, belum menjadi berarti selama saya belum menjadi diri sendiri.

Mungkin juga sebuah kegagalan karena tak bisa melanjutkan ke SMA negeri karena memiliki saya punya nilai  tidak mencukupi. Menjadikan saya menemukan brosur SMA swasta dengan tambahan embel-embel I di belakakang nama resmi, tergeletak di depan sekolah negeri yang saya minati, menjadikan saya mencari tahu, menjadikan saya mendaftar, menjadikan saya murid baru di sana dalam ruang lingkup kecil berisi hanya dua angkatan. Tapi sungguh, disana begitu berarti, saya tumbuh menjadi diri sendiri, persahabatan, pertemanan, susah, senang, sedih, gembira hadir dalam durasi yang wajar. Menyebabkan saya punya sahabat-sahabat hebat.

Tiga tahun terlewati, saya pun harus pergi, naik level ketingkat yang lebih tinggi. Masuk pada kampus berdasar seni. Yang lebih besar namanya, Institut Kesenian Jakarta. Lagi-lagi saya tak lepas dari peran kakak ( dengan alasan agar baku, sesungguhnya saya memanggil dia, Mas Damas) dalam pengambilan keputusan, dimana saran, harap, serta kisah yang di tutur dia tentang kampus ini membuat saya masuk itu dia punya kampus. Menjadikan saya mahasiswa, membuat saya mendapat tataran pengenalan kampus, membuat saya asing dalam lingkungan dunia seakan juga bagai makhluk asing, membuat saya belajar beradaptasi, membuat saya memilih, membuat saya dalam nakal atau tetap seperti ini, serta membuat saya punya kemampuan jadi di perhitungkan, membuat saya mampu duduk disini, didepan layar ini, bercerita tentang kisah hidup diri sendiri.

Dalam siang iseng

di adzan dzhuhur.

Jan
18

Saya sedikit kaget mendengar kabar yang datang sore ini lewat handphone bagus saya, handphone saya yang besar, yang masih bertahan dari saya pertama memiliki handphone, tidak penting rupa-rupanya penjelasan saya tentang handhone. Baik, begini ceritanya,sebuah pesan singkat dari pacar saya ternyata cukup mampu menggetarkan handphone saya menjadi bergetar, 3 kali getarannya, lagi-lagi tak penting rupanya cerita saya tentang getar, tapi dari getar itu munculah sebuah pesan, sebuah kabar. Ini pastinya bukan kabar tentang kekalahan TIMNAS sepak bola kita, karena memang kekalahan TIMNAS sudah tidak lagi mengagetkan kita, juga lagi pula pacar saya tidak suka sepak bola, dia suka edward cullen. Tapi ini masih ada hubungannya dengan Olahraga, walaupun hanya secara sempit, guru olahraga SMA saya akan menikah. Tidak kaget yaa…? pasti begitu, karena anda tidak mengenal guru saya itu, juga tidak pernah satu SMA dengan saya. Masih belum bisa memaklumi kekagetan saya…?? baik, saya maklumi ketidak makluman teman-teman. Sekali lagi ijinkan saya mengulang kata baik untuk memulai penjelasan. Baik, saya akan mulai menjelaskan, karena memang saya sudah ingin menjelaskannya sedari tadi saya mulai kaget.

Saya masuk itu sekolah dipinggir rawa pada tahun 2004, disana saya masuk pada angkatan ke-2, sudah ada ke-2, barang tentu ada kata pertama. Dan angkatan pertama sudah tentu tahun 2003. Nah, sekolah itu memang baru, cat dan keramiknya juga masih baru, masih bagus kala itu, tapi sekarang, saya tidak tahu, bukan tidak tahu, saya tahu, tapi malas untuk menilai itu masih atau tidak lagi baru, karena sudah bukan tempat saya menuntut ilmu, atau mungkin penilaian saya juga satu rupa dengan murid baru yang baru masuk itu sekolah, atau mungkin dia menambahkan beberapa kata baru, lapangannya atau tiang gawangnya yang masih baru. Oke, kita lanjutkan ke pasangan yang baru akan menikah, si mempelai wanita adalah kakak kelas saya,dia tentunya masuk wilayah pada kata angkatan pertama. Mudah-mudahan anda sudah mulai kaget, tidak kaget pun tidak apa-apa, toh motivasi saya bercerita bukan untuk kaget-kagetan, tapi justru untuk mengurangi kekagetan saya, biar hilang begitu.

Sudah tentu jarak usia mereka jauh berbeda, bayangan yang sudah terlanjur melekat di pikiran saya tentunya pun tak mau maklum, mereka guru dan murid, besar dan kurus (maaf, bukan maksud saya menyinggung atau membuat singgungan). Ah, sudah lah, tak penting, jodoh yang kuasa dan yang kita sembah sehari-hari lah yang mengatur, manusia hanya berusaha dan berdoa. Sebenar-benarnya saya ingin berkata jujur, mohon maaf jika baru di paragraf ini saya mengakui, membuat paragfar diatas paragraf ini jadi tak terlalu penting rupanya untuk di ketahui, tapi tak apa lah kawan, hitung-hitung mendengar saya punya kisah tentang guru dan murid. Begini, reaksi dari pacar saya di pesan selanjutnya lah yang membuat saya kaget, dia bilang itu tentang kita yang kapan menyusul mereka punya hajat. Kaget, karena dia memang punya pikiran seperti itu sejak kita pertama kali pacaran, sejak saya bilang saya punya rasa sayang padanya, sejak saya sering-sering menciuminya, sejak sering-sering dia juga berkata dan memanggil saya dengan kata sayang, kaget, karena ini bukan untuk pertama kalinya.

Tapi, saya punya jawaban itu cukup bagus dan bijak untuk ukuran nasehat tentang pernikahan, saya kirimi dia pesan singkat yang tidak singkat, karena saya kirim lewat 2 lembar halaman pesan, saya disitu berkata, kalau saya menunggu saya itu rajin ibadah agar kelak menjadi suami dan ayah yang baik, menunggu mapan, agar istri serta anak saya nanti tidak kesusahan, agar anak saya kelak berpendidikan tinggi, agar istri saya bisa bikin iri, menunggu semua berjalan semestinya, agar baik kedepannya, menunggu itu dia punya sifat jelek musnah benar-benar dari muka bumi, agar saya bisa tentram dan nyaman menyandang kata suami. Tapi dasar rupanya dia juga punya komentar bagus tentang pernikahan, dia bilang selama si pria mampu melamar si wanita, berarti sudah ada itikad baik untuk memulai kehidupan yang baru, tentunya itu sebuah sinyal kalau, pihak laki-laki lah yang menentukan siap atau tidak siapnya menjalin hubungan sakral. Anda bisa tebak, saya punya perasaan itu senang tentunya mendengar atau sebenarnya senang membacanya, karena sekali lagi itu adalah pesan singkat, sebuah sms dari handphone besar saya, yang bergetar 3 kali, sebuah pesan singkat yang indah, dari seorang gadis bertubuh mungil, bernama Indah.

Dec
11

setelah pertandingan yang cukup melelahkan melawan TRISAKTI di futsal city…( menang lho IKJ……hahai)..kami seperti biasa tak akan langsung pulang sampai adzan magrib berkumandang, entah mengapa seperti itu,tapi itulah yang terjadi….jedanya bisa dikatakan cukup lama,kadang 1 jam,kadang 2 jam…untuk mengisi waktu sampai adzan, biasanya kami semua (atau sebagian) mulai membahas hal remeh temeh, mulai dari pembahasan pertandingan tadi,siapa yang paling jago, materi kuliah, sampai mbak2 penjual mie di futsal city,dll…nah adzan pun berkumandang…disinilah letak kegoblokan ank2 ini (termasuk saya)…..

ilham : geng, ud adzan nih,,balik yuk..eh mau maen PS dulu ga dirumah gw,,kan lu kalah kemaren..

ageng : SEMPAk..bsk gw pitching jurnalistik..jumat aja deh…

ilham : bilang aja lu takut…

ageng : (merasa kalah)…Eh males gw maen dirumah lu,,gw heran deh sama bokap lu, dia kan rajin sholat..masa ngliat kita maen PS pas adzan magrib ga disuruh matiin dulu PSnya..

ilham : sebenernya diomelin..kitanya aja ga ngrasa..

ageng : ih,kl itu bokap gw mah pasti ud disuruh matiin dulu PSnya…berarti level bokap lu di bawah bokap gw…

tiba2 seorang yang bernama dadi ikut nimbrung..

dadi : Sama aja lu berdua..bokap gw mah ga ngurusin begitun..dia terserah, tapi gwnya yang kesadaran langsung matiin PS…berarti bokap gw urutan pertama, bokap ageng ke 2, lu ke 3 am…

tiba2 si madura ( echa ikt nimbrung juga….)

Echa : lu semua bego…yang namanya denger adzan itu sholat..bkan malah matiin PS….

nah saudara-saudara anda sudah tau kan apa kesimpulan dan hikmah yang bisa diambil dari kejadian di atas….

yak benar,,,bokap echa urutan pertama….

Nov
30

Saya sudah tak ingat malam keberapa di minggu ini saya menyaksikan film batman,the dark knight…..saat menonton film itu,ada hal yang entah mengapa terus menjadi pusat perhatian saya di film itu..Siapa lagi kalau bukan JOKER yang di perankan oleh heath leadger..entah mengapa saya merasakan sensasi kebengisan yang luar biasa melalui perannya itu..cara dia mendalami karakter JOKER benar-benar didapatnya…tak heran,konon sebelum dia menerima tawaran untuk memerankan JOKER dia harus mengurung dirinya berminggu-minggu di dalam kamar untuk dapat merasakan JOKER dalam dirinya,dan terbukti….Sayang sebelum dia dapat menyaksikan filmnya itu, ia keburu meninggal… Kabarnya, usai shooting film THE DARK KNIGHT, ia mengalami kelelahan yang luar biasa hingga membutuhkan obat-obatan yang akhirnya membuat dia mati karena OD….

Oh iya, mungkin semua orang setuju akan dialog terbaik di film ini…saya tunjukan lagi…:

“Do You Know Where I Got This Scar??”

“My Father comes to me after he killed my mother right In front of my eyes..”

“He looked at my face and said…”

“Why So Serious..SON ??”

“Then he cuts my mouth.. and he says..”

“Now you can smile all the time..”

“WHY SO SERIOUS..SON…?

“WHY SO SERIOUS..”

JEBRETTT…hehehehe, mantap,bengis,keji,psiko,sempak,brengsek…mantap kan…..

oh iya ada lagi…ada lagi… dialog mantap lainnya waktu Joker di interogasi sama Batman…begini…:

“why you want to kill me?”
“ahahaha,, I don’t want to kill you! What would I do without you? Go back to ripping off mob dealers? No, no, you… you complete me. “

wah sangat mengesankan kalau JOKER tak dapat di pisahkan dari BATMAN….

uda gitu aja….

woy…“WHY SO SERIOUS….”

hahaha,biasa aja lah…

Nov
30

Ah, untungnya hari ini hari rabu, hari dimana saya bisa sedikit berleha-leha dengan waktu. Tak seperti hari-hari lainnya yang mewajibkan saya harus berkutat dengan kemacetan di Jakarta karena harus kuliah pukul 8 pagi. Hari ini terasa berbeda.

Judul diatas bermula dari kejadian di pagi hari ini. Saat hendak bersiap-siap ingin berangkat kuliah, bapak saya berpesan agar saya tidak melewati jalan pejuang karena alasan perbaikan jalan. Ya, tanpa disuruhpun sebenarnya setiap hari saya memang tidak pernah lewat situ. Setiap hari saya slalu lewat Harapan Indah ( Pejuang,SD impress, lalu Pasar Familly). Nah saat motor saya melaju hendak meninggalkan pasar yang biasanya diisi orang-orang China ( hahaha, sedikit rasis), mata saya menangkap sosok yang pernah membuat saya tertawa terbahak-bahak bila melihatnya, yap, tukang gemblong. Bukan tanpa alasan, Memori saya pun berputar mengingat-ingat kejadain tukang gemblong itu, kejadian yang bertepatan dengan acara tamasya rimba sebagai wujud penerimaan mahasiswa baru di Fakultas tempat saya menuntut ilmu. Saat itu, didaerah Bogor bernama Ciburia, kami menginap selama 3 hari. Disana dinginnya sangat tidak tertahan, kabut begitu tebalnya sampai-sampai orang yang berjarak 50 meter dari tempat kita berdiri tidak terlihat. Perjalanan yang memakan waktu dan tenaga itupun membawa imbas pada perut kami semua. Kebetulan sepanjang jalan kami diikuti oleh tukang gemlong yang slalu promosi dengan kata-kata, “ Gemblongnya neng, aa, gemblong, buat ngautin tenaga”…siapa yang tidak tergiur dengan kata-kata yang menyihir itu ditengah kondisi kami yang mulai lemah. Kami pun memborong dagangan bapak-bapak itu..dia pun tersenyum senang merayakan kemenangannya itu

Tiga hari kami disana, bapak-bapak tukang gemblong itu slalu pulang dengan duit melimpah di kantongnya, lagi-lagi karena kata-katanya yang menyihir tadi, lagi pula, benar juga, kata orang gula memang baik untuk penambah stamina, jadi kami merasa tidak dibodohi bapak-bapak itu.

Menjelang kepulangan kami, lagi-lagi bapak tukang gemblong itu muncul, pasti diotaknya tertera siasat untuk menguras uang kami lagi. Lagi-lagi kata-kata menyihir itu terdengar ditelinga. Tapi salah satu teman saya tiba-tiba meunjukan kejantanannya dengan berhasil menepis sihir itu dengan berkata, “ pak, kami udah mau pulang, jadi sudah tidak perlu tamnbahan tenaga lagi”…kontan saja bapak tukang gemblong itu kaget, bagaimana bisa kata-kata itu tidak mempan pada anak muda Jakarta dengan clana nyetrit itu…(mungkin begitu pikir si bapak gemblong).. Dengan segala sisa ilmu bapak gemlong itu berusaha melawan anak-anak Jakarta ini dengan berbagai cara, karena dia tidak mau mangsanya yang telah menyumbang banyak uang selama 3 hari ini kabur dari lahan bisnisnya. Dan dia pun melihat peluang itu, salah satu teman saya bersin dan batuk secara tiba-tiba, ternyata itu menjadi jurus terakhr dia, jurus yang membuat saya dan teman-teman saya tertawa terbahak-bahak,berbunyi, “ Gemblong…. Gemblong…gemblong…bisa ngobatin batuk pilek karena kedinginan”…..

Sejak kapan yang namanya gemblong bisa begitu multifungsional di udara dingin….????

Nov
02

Welcome to WordPress.com. This is your first post. Edit or delete it and start blogging!